WONOGIRI, HARIANKOTA.COM – Ratusan makam bermunculan saat air di Waduk Gajah Mungkur mengalami penyusutan.
Penampakan makam di perairan WGM saat kemarau membuktikan sebelum WGM dibangun pada 1978 dan resmi dioperasionalkan 1980, areal ini dahulunya permukiman warga.
Sejak Waduk Gajah Mungkur dibangun, makam-makam ini sengaja ditenggelamkan. Sedangkan sekitar 41.000 warga yang tinggal di 45 desa di 6 kecamatan di Wonogiri harus dipindah atau transmigrasi.
Pantauan HARIANKOTA.COM, terlihat beberapa batu kijing banyak yang tercecer atau berserakan. Ada makam yang kondisnya sudah rusak atau hancur akibat terkikis air.
Namun ada juga yang masih pada tempatnya. Jarak antar satu makam dengan makam lain tidak terlalu jauh dan tidak terlalu padat.
Meski begitu, tulisan pada kijing di sana yang hampir semuannya berwarna putih dan menyerupai batu, masih jelas terlihat.
Salah satu tulisan pada kijing terbaca ‘KASUMAWI JUMAT KLIWON 16.7.71’. Selain itu ada kijing yang bertuliskan aksara jawa. Namun di kijing itu tertulis tahun 1957.
Makam di kompleks itu belum semuanya muncul. Ada beberapa makam yang masih terendam air waduk. Selain itu ada juga yang baru terlihat setengah. Di genangan air dekat makam itu ada beberapa orang yang tengah mencari ikan.

Salah satu warga Wiryantoro Tukiman Muhadi mengatakan dahulu di daerah Wonogiri tepatnya di bagian selatan banyak batuan kapur. Pada saat itu banyak batuan kapur yang juga dimanfaatkan untuk tatanan rumah.
“Biasanya memang (kijing pada 1970-an) pakai batu putih, batuan kapur. Kalau sekarang banyak yang menggunakan semen,”terang Tukiman Muhadi, Kamis (14/9/2023).
Kompleks makam berjarak sekitar 200 meter dari jalan perkampungan. Jika air waduk menyusut seperti saat ini, ada jalan setapak yang bisa dilewati sepeda motor hingga ke dekat kompleks makam.
“Ya seperti itu. Kalau kemarau muncul (makam), hujan (musim) nggak kelihatan. Mulai surut sejak Agustus sampai sekarang ini (semakin surut),” ungkap Camat Wuryantoro Seomardjono Fadjari pada wartawan.***
Editor | : |
---|