SOLO, HARIANKOTA.COM – Kauman merupakan nama kampung yang di sekitaran Masjid Agung Surakarta.
Selain dikenal dengan sebutan kampung batik, Kauman juga dikenal dengan nama kampung santri.
Terlihat dari banyaknya masjid, langgar dan musala yang banyak berdiri di gang-gang kecil Kampung Kauman.
Ada salah satu masjid yang menjadi salah satu bukti sejarah perkembangan Islam di kota Solo. Masyarakat menyebutnya Masjid Sememen. Terletak di halan Trisula VI, Kauman.
Dilansir dari laman resmi Pemkot Solo, Masjid Sememen menjadi salah satu masjid tua yang ada di Kampung Kauman. Jika memperhatikan lebih jauh, bangunannya unik, banyak ukiran-ukiran kayu yang dengan jelas memperlihatkan ciri-ciri bangunan lawas.
Masjid Sememen konon merupakan peninggalan dari Ketib atau Khotib Sememi. Beliau seorang tokoh pengulu agama bergelar Kanjeng Kiai Pengulu (KKP) Tafsir Anom, yang makamnya di Pajang satu kompleks dengan makam para pengulu lain dari Kauman.
Masjid Sememen, semula merupakan tanah wakaf dari Ketib Sememi ini. Dibangun tahun 1890 M, dengan bangunan bergaya Indies Jawa klasik dengan arsitekturnya yang masih asli.
Sementara menara masjid yang tak begitu tinggi di sebelah kanan masjid, sangat mirip dengan menara Panggung Sangga Buwana yang dimiliki Keraton Surakarta Hadiningrat. Bentuknya heksagonal yang memiliki arti arah mata angin dan empat unsur alam, yakni air, angin, api dan tanah.
Tampak dari depan, masjid tersebut memiliki pintu utama yang memiliki empat daun pintu. Sementara di samping kiri dan kanan, juga terdapat pintu tambahan dengan memiliki masing-masing dua daun pintu.
Material pintunya pun masih terlihat terawat, tebal dan bersih. Masing-masing pintu membingkai kaca tembus, sehingga bisa melongok dari luar bagian ruang utama untuk salat.
Pada mulanya, sebelum dinamai masjid, bangunan ini sering disebut Langgar Sememen oleh warga setempat. Seiring dengan perkembangan waktu, diubah namanya menjadi Masjid Sememen
Bangunan yang menempati areal tanah seluas sekitar 500 meter persegi ini kental dengan gaya khas Eropa. Namun pengelola masjid sudah merombak tembok dinding yang dilapisi marmer. Kedua pintu yang mengapit pintu utama difungsikan untuk akses jemaah putri dan putra.
Masjid Sememen ini memang termasuk masjid kecil, karena tidak memiliki halaman. Hanya ada teras atau serambi yang langsung berbatasan langsung dengan jalan atau gang kecil yang menjadi akses masuk ke masjid tersebut.
Follow Berita Hariankota di Google News