Stasiun Bersejarah di Kota Solo, Ada Ruang Tunggu Khusus Raja

Stasiun bersejarah di kota Solo

16 Maret 2023, 07:12 WIB

Foto/istimewa
SOLO, HARIANKOTA.COMStasiun Jebres, saksi kemegahan bangunan di jaman kolonial Belanda masih kokoh berdiri. Dibangun pada tahun 1880 di lahan milik Kraton Kasunanan Surakarta. Dan mulai beroperasi pada 24 Mei 1884.

Stasiun Solo Jebres punya keistimewaan sejak beroperasi, yakni menjadi pusat transportasi utama keluarga Keraton Kasunanan jika akan menuju Batavia dan Surabaya. Terdapat sebuah ruangan tunggu khusus raja.

Dilansir dari Indonesia.go.id, stasiun Jebres berbeda dengan stasiun lain yang terletak di jalur milik Staats Spoorwegen (SS). Namun stasiun Solo Jebres dibangun di bekas jalur milik Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) bersamaan dengan jalur kereta api Samarang–Vorstenlanden.

Desain bangunan Solo Jebres terpengaruh gaya Indische Empire dengan fasad bangunan utama kaya akan detil Neoklasik, dipadu langgam Art Nouveau kaya detil yang kental pada elemen jalusi, ornamen, dan teralis serta ventilasi udara berbentuk setengah lingkaran di pintu keberangkatan.

Cetakan berbentuk cornice juga tampak pada pintu-pintu selain di pintu keberangkatan dan memberi kesan megah pada sisi bangunan.

Bangunan stasiun yang simetris ini punya pola ruang tersusun secara linier dari timur ke barat. Pintu masuk stasiun berada tepat di tengah bangunan menghadap Jalan Ledoksari, beratap lebih tinggi daripada sayap kiri dan kanan bangunan.

Ruangan di dalam stasiun masing-masing berbentuk persegi panjang yang disusun secara linier sehingga menguatkan karakter horizontal dari stasiun ini.

Langit-langit bangunan utama dibangun sangat tinggi, hampir 6 meter, dan karakter pada bagian tengah bangunan dibentuk oleh fasad segitiga dari sofi-sofi atap pelana berhias cornice di bawahnya, berikut dua lunette atau jendela atas serta dua pintu yang semua berbentuk lengkung.

Lengkung pada setiap bukaan bangunan yang diperkuat dengan moulding berprofil berbentuk busur dengan warna merah bata, kontras dengan warna dinding merah muda. Lubang udara di atas pintu atau jendela untuk masuk-keluarnya hawa alami diperindah dengan teralis besi dengan pola Art Nouveau atau deretan papan bernuansa tradisional.

Pengulangan bentuk lengkung dengan jarak yang sama memperkuat faktor irama pada komposisi secara keseluruhan ditambah kesatuan warna yang digunakan menciptakan keharmonisan. Pada bagian dalam bangunan, kekayaan komposisi elemen bangunan masih terlihat dengan pengolahan yang sama, meskipun hanya pintu utama yang berbentuk lengkung sedangkan pintu lainnya diakhiri dengan moulding berbentuk cornice.

Hal ini untuk mencapai kesatuan bentuk dengan bagian bangunan yang lain. Bagian bawah dinding dilapisi oleh keramik agar mudah dalam perawatan dan lantai ditutup dengan keramik berwarna putih. Detil moulding lengkung di atas pintu dan jendela serta kolom-kolom Corinthian merupakan ciri gaya Neoklasik.

Stasiun Solo Jebres ditetapkan sebagai bangunan stasiun cagar budaya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No:PM. 57/PW.007/MKP/2010 dan Surat Keputusan Bupati No.646/1-R/1/2013. Keputusan itu dibuat untuk mempertahankan keberadaan bangunan karena sarat nilai sejarah, kekayaan dan keindahan arsitektur masa lampau yang masih terjaga baik. Ini lantaran lokasinya yang berada di kawasan strategis di pusat kota.

Pada 2010, Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan KAI merevitalisasi Stasiun Solo Jebres. Selain dapat dimanfaatkan untuk kepentingan edukasi lewat wisata khusus sejarah, revitalisasi ini untuk mengembalikan fungsi stasiun seperti dulu ketika masih digunakan pihak Keraton Kasunanan.

Revitalisasi meliputi pengecatan dinding dengan warna putih, abu-abu, dan gabungan warna hijau dan prada, serta mengembalikan bentuk ubin lantai seperti semula.

Follow Berita Hariankota di Google News

Berita Terkait