Khutbah Jumat: Rajin Sholat Tapi Celaka, Kok Bisa?

Ada yang sholatnya rajin tapi tidak diterima Allah SWT, Siapakah orang yang sangat merugi tersebut

16 Juni 2023, 06:00 WIB

KARANGANYAR,HARIANKOTA.COMSholat salah satu dari rukum Islam yang wajib hukumnya untuk dijalani oleh kaum muslim.

Namun ada pula yang sholatnya rajin tapi tidak diterima Allah SWT, Siapakah orang yang sanga merugi tersebut. Dalam khotbah kali ini mengangkat tema, “Siapakah orang sholat tetapi ibadah sholatnya tidak diterima.

Seperti yang dilansir penuh dari rumaysho, berikut orangnya rajin namun ibadah sholatnya tidak diterima

Khutbah Pertama

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

اَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Amma ba’du.

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam yang telah memberikan kita nikmat sehingga kita dimudahkan berada di masjid yang mulia ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi yang mulia, suri tauladan kita semua, Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kita diperintahkan untuk merenungkan Al-Qur’an. Di antara surah yang bagus untuk kita renungkan adalah surah yang rajin kita baca yaitu surah-surah pendek.

Di antara surah tersebut adalah surah Al-Maa’uun. Surah nomor 107 ini membicarakan tentang celaan bagi orang yang enggan menunaikan hak Allah dan hak sesama. Allah Ta’ala berfirman,

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (3) فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (7)

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan hari pembalasan? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’ dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS. Al Maa’uun: 1-7).

Perhatikan dalam surah ini disebutkan tentang hak Allah, yaitu beriman kepada hari pembalasan (tidak mendustakannya), menjaga shalat, dan tidak riya‘. Sedangkan hak sesama adalah menyayangi anak yatim, memberi makan kepada orang miskin, dan menolong orang lain dengan barang yang berguna.

Di antara sifat yang melalaikan hak pada Allah disebutkan dalam ayat,

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5)

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”.

Kata Ibnu ‘Abbas, yang dimaksud di sini adalah orang-orang munafik yaitu yang mereka shalat di kala ada banyak orang, tetapi enggan shalat ketika sendirian. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:662)

Dalam ayat disebutkan “لِلْمُصَلِّينَ”, bagi orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang biasa shalat dan konsekuen dengannya, lalu mereka lalai. Yang dimaksud lalai dari shalat bisa mencakup beberapa pengertian:

  1. Tidak mengerjakan shalat sama sekali.
  2. Lalai dari pengerjaannya dari waktu yang ditetapkan oleh syari’at, malah mengerjakannya di luar waktu yang ditetapkan.
    3, Selalu mengerjakan shalat di akhir waktu selamanya atau umumnya.
  3. Tidak memenuhi rukun shalat dan syarat shalat sebagaimana yang diperintahkan.
  4. Tidak khusyuk dan tidak merenungkan (tadabur) pada apa yang dibaca dalam shalat.
  5. Lalai dari shalat mencakup semua pengertian di atas. Setiap orang yang memiliki sifat
    demikian, maka dialah yang disebut lalai dari shalat. Jika ia memiliki seluruh sifat tersebut, maka semakin sempurnalah kecelakaan untuknya dan semakin sempurna nifak ‘amali padanya. (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:662-663).

Editor:

Berita Lainnya

Berita Terkini