Dari Jipang ke Bojonegoro,Menelusuri Akar Sejarah Kabupaten di Jawa Timur

"Sebelum dikenal sebagai Bojonegoro, wilayah ini bernama Kadipaten Jipang—pusat kekuasaan penting di era Kesultanan Demak. Simak kisah perubahan nama dan peran Arya Penangsang dalam sejarahnya

9 Mei 2025, 10:57 WIB

KARANGANYAR, HARIANKOTA.COM – Sebelum dikenal luas sebagai Bojonegoro, wilayah yang kini berada di bagian barat Provinsi Jawa Timur ini memiliki nama lain: Kadipaten Jipang.

Nama tersebut bukan hanya sekadar sebutan administratif masa lalu, tetapi mencerminkan posisi penting wilayah ini dalam panggung sejarah Jawa.

Jipang di Bawah Kesultanan Demak

Jejak Jipang dapat ditelusuri ke masa Kesultanan Demak pada abad ke-15 hingga 16 M. Dalam Babad Tanah Jawi, Jipang disebut sebagai salah satu kadipaten penting yang berada di wilayah barat kekuasaan Demak.

Letaknya yang strategis menjadikan Jipang sebagai perantara penting antara wilayah pesisir utara dan pedalaman Jawa.

Salah satu tokoh paling terkenal dari Kadipaten Jipang adalah Arya Penangsang, cucu dari Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak.

Arya Penangsang dikenal sebagai figur kontroversial dalam konflik suksesi setelah wafatnya Sultan Trenggono. Pertarungan politik antara kubu Jipang dan Pajang berujung pada kematian Penangsang, menandai runtuhnya kekuasaan Jipang dan lahirnya era Kesultanan Pajang.

Transformasi dari Kadipaten ke Kabupaten

Setelah mengalami pergeseran kekuasaan akibat konflik antar bangsawan Jawa, wilayah Jipang memasuki babak baru pada akhir abad ke-17.

Tepatnya pada 20 Oktober 1677, Jipang resmi diubah statusnya menjadi Kabupaten Jipang, yang kemudian menjadi cikal bakal Kabupaten Bojonegoro.

Bupati pertama yang menjabat adalah Mas Tumapel, sosok yang ditunjuk pada masa kekuasaan Mataram Islam.

Seiring waktu, pusat pemerintahan kabupaten ini berpindah-pindah: dari Jipang Panolan, ke Jipang Padangan, hingga Jipang Rajekwesi. Nama-nama ini kini menjadi nama desa atau kecamatan yang masih eksis di wilayah Bojonegoro.

Dari Jipang ke Bojonegoro: Sebuah Pergeseran Identitas

Nama Bojonegoro baru resmi digunakan pada tahun 1828, di tengah gejolak besar yang melanda tanah Jawa: Perang Jawa (1825–1830).

Meski asal usul etimologi Bojonegoro masih menjadi bahan kajian, banyak pendapat menyebutkan bahwa nama ini mengandung unsur “bojone” (istri) dan “goro” (bekerja bersama), yang secara filosofis bisa diartikan sebagai wilayah gotong royong atau daerah yang harmonis.

Namun, peralihan nama ini tak semata administratif. Ia menandakan lahirnya identitas baru, transisi dari wilayah kadipaten feodal menuju pemerintahan kolonial berbasis sistem kabupaten. Sebuah langkah yang memengaruhi arah sejarah sosial dan politik Bojonegoro di masa-masa selanjutnya.

Warisan Jipang yang Tak Hilang

Kini, meskipun nama Jipang hanya tersisa di peta sebagai bagian dari wilayah kecamatan Padangan, jejaknya masih terasa dalam narasi sejarah lokal Bojonegoro.

Kompleks makam Arya Penangsang di Panolan, tradisi masyarakat setempat, dan cerita rakyat yang diwariskan secara lisan menjadi bukti bahwa warisan Kadipaten Jipang belum benar-benar hilang.

Asal usul Bojonegoro bukan sekadar perubahan nama di atas kertas. Ia adalah perjalanan panjang identitas, kekuasaan, dan budaya yang menyatu dalam tanah yang kini dikenal sebagai salah satu pusat energi nasional Indonesia.***

Editor:Alifian

Berita Lainnya

Berita Terkini