- Lawu dalam naskah kuno
Selain dalam Serat Centhini, nama Lawu juga disebutkan dalam Serat Manikmaya. Serat tersebut ditulis pada 1794 Masehi, yang isinya memiliki kesamaan dengan Tantu Panggelaran.
Namun, hal yang membedakan adalah Serat Manikmaya ditulis dalam bahasa Jawa Baru. Konon, Gunung Lawu merupakan bagian dari delapan belas gunung keramat di Jawa Tengah.
Sangat mungkin bahwa mandala-mandala terletak di pegunungan tempat karya sastra itu dibuat. Karya sastra yang lebih tua adalah Babad Tanah Jawi. Dalam kitab tersebut, Gunung Lawu disebut sebagai tempat moksa terakhir Prabu Brawijaya yang memiliki nama lain yaitu Sunan Gunung Lawu.
Mitos yang berkembang di masyarakat menyatakan bahwa ia melakukan moksa di pertapaan, Pringgodani. Pernyataan ini merupakan indikasi bahwa sampai saat penulisan Babad Tanah Jawi, yaitu pada masa Mataram Islam, Gunung Lawu masih dipandang sebagai tempat suci.
Setidaknya, ia merupakan gunung yang dianggap berharga oleh umat Hindu. Naskah tertua adalah Bhujangga Manik. Gunung Lawu juga disebut ketika Bhujangga Manik melakukan perjalanan dari Sunda ke Majapahit dan Bali. Berikut adalah petikan kutipan dari naskah tersebut.
- Diselimuti Mistis
Gunung Lawu memiliki tempat yang sangat spesial bagi sebagian masyarakat Jawa khususnya masyarakat yang bermukim di sekitar gunung Lawu.
Bahkan nama gunung Lawu juga di sebut dalam ramalan dalam tradisi Jawa Kuno yang sangat terkenal yakni Jangka Jayabaya (ramalan Jayabaya). Jayabaya adalah Raja Kediri di bait syair terakhirnya.
Kepercayaan masyarakat Jawa yang masih kental dengan adat budaya Jawa, memiliki kepercayaan bahwa gunung berapi ini menyimpan misteri yang tiada habisnya.
Gunung yang memiliki ketinggian 3.265 meter dpl, merupakan pusat budaya Jawa bagi masyarakat sekitar lereng Lawu. Yang selalu terkait dengan dunia mistik yang kental.
Seperti diceritakan oleh tokoh spiritual yang juga pemerhati gunung Lawu Polet atau biasa di sapa Mbah Po menyebutkan mulai puncak gunung sampai ke kaki gunung Lawu, pesona mistiknya luar biasa.
“Tak heran jika Lawu di juluki gunung dengan seribu misteri. Karena apapun ada di Lawu. Mulai dari tanaman jamu, bunga, alam, budaya, sejarah, sampai ke wisata religi,” terang pria yang juga anggota tim senior SAR gunung Lawu.
Menurut Pak Po misteri Lawu salah satunya adalah tiga puncak utamanya, yakni Hargo Dumilah puncak tempat muksanya Brawijaya V, Hargo Dalem, Hargo Dumiling. Sering digunakan sebagai tempat untuk menyepi dan meditasi.
“Selain itu di puncak Lawu juga terdapat Sumur Jalatunda, yakni sebuah goa, yang bila kita masuk ke dalamnya bisa mendengar deburan ombak Laut Selatan, bahkan jika langit cerah tidak tertutup awan kita bisa melihat hamparan gunung yang ada di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur,” jelasnya
Ada pula di puncak Lawu yaitu Sendang Panguripan dan Sendang Drajat. Sendang Panguripan dijadikan sumber mata air bagi pendaki maupun peziarah di puncak Lawu. Sedangkan Sendang Drajat airnya dipercaya mampu mengobati penyakit, namun semua karena ijin Allah SWT.
- Makam Raja Tanah Jawa
Misteri lain yang berada di seputar lereng Lawu adalah Candhi Cetho dan Candhi Sukuh yang selama ini di perkirakan sebagai peninggalan Raja Majapahit terakhir yakni Prabu Brawijaya V dalam pelariannya ke puncak Lawu.
Selain itu di lereng Lawu juga terdapat makam keramat di wilayah Magadeg. Di Astan Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa pendiri Pura Mangkunegaran Surakarta, MN II, dan MN III. Selain itu tepat di bawahnya juga di makamkam Presiden ke dua Indonesia Soeharto, tepatnya di wilayah Giri Bangun.
- Tertutup Awan Misterius
Keunikan Gunung Lawu Dan yang paling unik, puncak gunung Lawu selalu tertutup awan misterius, jika dilihat dari GPS gunung Lawu seperti tak terlihat. Bahkan jika di tarik garis lurus gunung Lawu tepat berhadapan dengan Pura Mangkunegaran Solo.
“Itulah uniknya Lawu, seperti ada sesuatu yang menyelimutinya. Sama seperti misteri yang menyelimutinya,” terangnya.
Halaman
Editor | : |
---|