HARIANKOTA.COM – Sebelum dilahirkan ke dunia, semua manusia sudah memiliki perjanjian dengan ALLAH SWT.
Jika manusia menyanggupi, maka Ia akan lahir dan hidup di dunia. Namun jika tidak, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan menakdirkannya menjalani kehidupan di muka bumi.
Perjanjian dengan ALLAH SWT yang pernah diucapkan dengan semua manusia di dunia tidak akan ingat mengenai perjanjian tersebut. Seperti disebut dalam firman-Nya dalam Al-Quran yang artinya:
“Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyerumu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia (Allah) telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang yang beriman“. (QS. Al Hadid [57]:8).
Lantas, kapan perjanjian antara ALLAH SWT dan manusia Iitu terjadi. Benar, perjanjian antara ALLAH SWT dan manusia terjadi asebelum dilahirkan ke dunia.
Tepatnya terjadi saat kandungan berusia 4 bulan. Begitu ruh ditiupkan itulah kemudian Allah mengambil perjanjian dengan setiap hambanya.
Perjanjian antara ALLAH SWT dengan manusia terjadi setelah Nabi Adam AS diciptakan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits yang artinya:
Sewaktu menciptakan Nabi Adam, Allah mengusap punggungnya. Maka berjatuhanlah dari punggungnya setiap jiwa keturunan yang akan diciptakan Allah dari Adam hingga hari Kiamat.
Kemudian, di antara kedua mata setiap manusia dari keturunannya Allah menjadikan cahaya yang bersinar. Selanjutnya, mereka disodorkan kepadanya. Adam pun bertanya, “Wahai Tuhan, siapakah mereka?” Allah menjawab, “Mereka adalah keturunanmu,” (HR. Al-Tirmidzi).
Lantas, apa perjanjian yang terjadi antara Allah dan manusia sebelum lahir ke dunia?
“Jadi sejak kita dalam kandungan ibunda kita usia 4 bulan, ruh sudah masuk, Allah menyampaikan tawaran kepada kita untuk berkomitmen kepada Allah,”
Kata Allah apakah kamu siap menjadikan saya Tuhan yang kamu sembah? Maka dengan itu saya akan penuhi semua kebutuhanmu, kalau kamu minta saya beri, kamu sakit saya sembuhkan, kamu butuh saya anugerahkan, kamu ingin saya persembahkan, kamu ingin rezeki saya tampilkan, kamu sakit saya sembuhkan, kamu salah saya maafkan, kamu dosa saya ampuni.
Maka kita katakan “Ya Allah siap tanpa pertimbangan lagi,
Kami yakin, kami akan sembah Engkau sebagai Tuhan dan Ya Allah mohon nanti saat terlahir kabulkan setiap kebutuhan yang kami dapatkan, kalau kami butuh kami akan minta, kalau kami sakit kami akan mohon disembuhkan, kalau kami salah kami akan mohon dimaafkan, kalau kami berdosa kami mohon diampuni Ya Allah”
“Itulah perjanjian kita, maka kita katakan “syahidna” yang artinya kami bersyahadat.
Halaman
Editor | : |
---|