KARANGANYAR, HARIANKOTA.COM – Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Labuhan Patuh sebagai penutup rangkaian peringatan Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Dimana setiap tahunnya diperingati dengan upacara Labuhan di tiga titik sakral, yaitu Parangkusumo, Gunung Merapi, dan Gunung Lawu.
Pengageng II Kawedanan Widya Budaya Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Rintaiswara sebagai perwakilan dari Keraton Yogyakarta menyerahkan secara simbolis uborampe kepada Pj Bupati Karanganyar Timotius Suryadi.
Selanjutnya, ubarampe tersebut oleh Timotius diserahterimakan kepada juru kunci Lawu. Untuk dilaksanakan proses Labuhan di puncak gunung Lawu.
“Prosesi Labuhan Lawu bukan hanya sebuah upacara, tetapi juga wujud rasa syukur dan bentuk penghormatan kepada leluhur,” paparnya, Kamis (30/1).
Adapun isi dari uborampe tersebut yang diletakkan di dalam dua kotak. Kotak pertama adalah Kasepuhan yang berisi Kampuh Poleng, Desthar Bangun Tulak, Paningset Jingga. Masing-masing 1 lembar.
Sementara kotak kedua adalah Kaneman yang berisi nyamping Cangkring, semekan Gadhung, nyamping Teluhwatu, semekan Dringin, semekan Songer.
“Juga satu kantong yang berisi sela, ratus (kemenyan), lisah konyoh. Yatro tindhih (uang koin) nilainya bisa Rp. 500 atau Rp. 1000,” imbuhnya.
Selanjutnya setelah diserahkan kepada Juru Kunci Gunung Lawu, malam harinya dilaksanakan kenduren di Padepokan Nano Gondosuli, Tawangmangu.
Kemudian sekitar pukul 23.00 WIB, 11 abdi dalem kraton Yogjakarta dipimpin Juru Kunci Gunung Lawu melakukan prosesi labuhan dengan mendaki puncak Lawu melalui jalur tradisional.
“Jalur yang digunakan adalah jalur tradisional sebelum dibukanya jalur Cemoro Kandang dan jalur Cemoro Sewu,” terangnya.
Jalur ini bukanlah jalur pendakian resmi yang biasa digunakan para pendaki, melainkan jalur napak tilas Brawijaya V untuk menuju Hargo Dalem.
Sebagai penutup prosesi Labuhan Lawu, keesokan harinya (Jumat sore) dilakukan prosesi lorodan ubarampe. Lorodan ini merupakan prosesi penggantian ubarampe yang dilabuh tahun lalu dengan ubarampe yang dilabuh pada tahun ini.
Upacara ini merupakan bagian dari tradisi besar Keraton Yogyakarta yang bertujuan untuk memayu hayuning bawana, yaitu menjaga keseimbangan alam dan spiritual bagi masyarakat.
Pj Bupati Karanganyar Timotius Suryadi menambahkan Pemerintah Kabupaten Karanganyar berharap bahwa Labuhan Lawu dapat terus dilestarikan dan menjadi warisan budaya yang diteruskan kepada generasi mendatang.
“Kita harus menghargai sejarah, kita patut berbangga. Karanganyar menjadi pijakan dari peradapan Jawa yang berkembang di Surakarta maupun Yogjakarta melalui Kraton Solo dan Kraton Yogyakarta,” pesannya.
Editor | : | Alifian |
---|