Gambar oleh Jukka Niittymaa dari Pixabay
SOLO, HARIANKOTA.COM – Kota Solo menjadi kota pertama setelah Batavia (Jakarta) yang mendapat aliran listrik pada tahun 1902. Sejarah kelistrikan di Kota Solo ini memiliki cerita yang menarik untuk diulik. Listrik yang mengalir di Kota Solo pada waktu itu berasal dari pembangkit listrik yang didirikan oleh seorang penguasa pribumi.
Dilansir dari laman pemkotsolo.go.id pembangunan pembangkit listrik pertama di Solo dipelopori oleh KGPAA Mangkunegara VI dan Sunan Pakubuwono X. Kedua tokoh tersebut menggagas berdirinya perusahaan listrik swasta pertama di Kota Solo yang kemudian diberi nama Solosche Electriciteits Maatschappij (SEM).
SEM bisa berdiri setelah dilakukan penandatanganan akta di Batavia pada tanggal 12 Maret tahun 1901. Pembangkit listrik tersebut didirikan diatas lahan hibah yang diberikan oleh Pakubuwono X. Lahan tersebut terletak di daerah Purwosari, dan berdekatan dengan Stasiun Purwosari.
Perusahaan SEM ini menjadi salah satu bagian dari perusahaan listrik Algemeene Nederlandsche Indische Elektriciteit Maatschappij (ANIEM) yang saat itu menguasai sekitar 40% penyedia listrik di Indonesia. Pada waktu itu, perusahaan ini tidak hanya memasok listrik saja.
Tetapi juga mengadakan dan memasang instalasi listrik yang ada di Kota Solo. Selain itu, perusahaan ini juga mengerjakan pengadaan listrik di kantor-kantor pemerintahan, penerangan jalan umum, dan jaringan listrik yang sampai hingga ke pedesaan.
Hingga pada tahun 1902 hingga tahun 1931, ternyata SEM tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan listrik yang ada di Kota Solo dan sekitarnya. Dari masalah ini kemudian muncullah sebuah gagasan yang berasal dari KGPAA Mangkunegara VII, untuk mendirikan pembangkit listrik sendiri.
Hal ini kemudian tercetuslah mega proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air yang berada di Kali Samin Tawangmangu. Yang kemudian berhasil dirampungkan dan diresmikan sendiri oleh Kanjeng Putri Mangkunegara VII dan didampingi oleh para pejabat Praja Mangkunegaran.
Pembangunan pembangkit listrik tersebut memiliki tujuan untuk mengurangi ketergantungan, dan mengembangkan jaringan listrik hingga ke pelosok desa, sekaligus bisa meningkatkan pendapatan di Pura Mangkunegaran. Selain itu tujuan lainnya dari pembangunan pembangkit listrik ini adalah untuk mencukupi kebutuhan listrik yang ada di Kota Surakarta.
Berdirinya pembangkit listrik pertama yang berada di Kota Solo tersebut bisa terjadi karena adanya dukungan beberapa tokoh. Tokoh-tokoh penting yang ikut terlibat dalam pembangunan tersebut, diantaranya Sri Susuhunan Pakubuwono X bersama KGPAA Mangkunegoro VI dan para kaum pemodal yang mendirikan sebuah unit genset pembangkit tenaga listrik dan bertegangan tinggi dengan tenaga diesel.
Selain itu terdapat tokoh lain yang ikut berinvestasi dalam mendirikan perusahaan listrik di Solo ini, terdiri atas Keraton Kasunanan Surakarta yang diwakili oleh Sosroningrat IV, lalu De Kock Van Leeuwen yang mewakili Pura Mangkunegaran, serta komunitas Tionghoa yang diwakili oleh Be Kwat Koen serta wakil firma van Buuren & Co.
Editor | : |
---|