KARANGANYAR, HARIANKOTA.COM – Gunung Lawu dan Gunung Merapi dua gunung yang diyakini menyimpan misteri yang berlum terungkap.
Kedua Gunung ini sangat di sakral oleh dua Keraton di Tanah Jawa, yaitu Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Kasultanan Yogyakarta.
Kedua Gunung ini dianggap pintu penjaga gaib kedua Keraton ini selain Alas Krendowahono dan Pantai Selatan.
Keduannya sama-sama memisahkan dua provinsi. Gunung Lawu memisahkan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan Gunung Merapi memisahkan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Selain sama-sama memisahkan dua provinsi, kedua gunung ini juga termasuk gunung berapi aktif. Hanya saja, dibandingkan Gunung Merapi yang kerap meletus, gunung Lawu ini berstatus gunung api “istirahat”.
Gunung Lawu terakhir kali meletus pada tahun 28 November 1885. Sedangkan gunung Merapi terakhir meletus sangat dahsyat pada 21 Juni 2020. Meskipun begitu, saat ini gunung Merapi kembali menunjukan keaktifannya.
Berikut Mitos Misteri yang melingkupi Gunung Lawu dan Gunung Merapi
Gunung Lawu diyakini Gunung Purba yang dulunya berada didalam laut. Keyakinan ini didasar dengan banyaknya batu karang dipuncak Lawu.
Sebelum bernama Gunung Lawu, Gunung ini bernama Wukir Mahendra. Gunung Lawu memiliki ketinggian sekitar 3.265 mdpl. Gunung Lawu terletak di antara tiga kabupaten, yaitu Karanganyar di Jawa Tengah, Ngawi, dan Magetan di Jawa Timur.
Status gunung ini adalah gunung api “istirahat”, yang diperkirakan terakhir meletus pada tanggal 28 November 1885 dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi.
Pada tahun 1978, serangkaian gempa bumi dilaporkan dirasakan diarea sekitar Gunung Lawu dan diikuti oleh suara mirip dentuman dari arah gunung. Gunung Lawu merupakan salah satu gunung terdingin di Jawa, setelah Gunung Semeru, dan Gunung Slamet yang merupakan titik terdingin di Jawa.
- Tiga Puncak
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, yakni Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan puncak tertinggi bernama Hargo Dumilah.
Wukir Mahendra, Kata tersebut berasal dari bahasa Jawa, dan ketiganya memiliki arti yang sama yaitu gunung. Sehingga dapat diartikan sebagai tiga gunung. Hal ini sejalan dengan fakta bahwa Gunung Lawu memang memiliki tiga puncak besar yaitu Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan Hargo Dumilah.
Dikutip dari Wikipedia, nama-nama puncak gunung kemungkinan besar bersumber dari Serat Centhini, yang menyebutkan bahwa Gunung Lawu memiliki lima belas puncak. Di sebelah selatan, terdapat tujuh puncak yaitu Hargo Dalem, Dumilah, Pethapralaya, Mayang, Cakrakembang, Tenjomaya, dan Kepanasan.
Sementara itu, di sebelah utara terdapat delapan puncak yaitu Hargo Tiling, Pekareman, Sadewa, Pamenang, Candhirenggo, Bayu, Rimbi, dan Kalithi.
Dalam Serat Centhini, hanya Hargo Dumiling yang tidak disebutkan. Kemungkinan nama tersebut merupakan modifikasi dari Hargo Tiling. Perkiraan ini didukung oleh puncaknya yang sama rata di bagian utara Gunung Lawu.
Nama asli Gunung Lawu adalah Katong yang berarti dewa. Nama tersebut tertulis dalam Tantu Panggelaran.
Gunung Katong adalah bagian dari reruntuhan Gunung Mahameru ketika dibawa oleh para dewa melalui langit Pulau Jawa.
Reruntuhan lainnya menjadi Gunung Wilis, Kamput, Kawi, Arjuno, dan Kemukus. Menurut Poerbatjaraka, Gunung Katong diidentikkan dengan Gunung Lawu. Dengan kata lain, Gunung Katong adalah nama kuno untuk Gunung Lawu.
Menurut Zoetmulder arti kata katong adalah dewa, rasa hormat, penghormatan, dan kekaguman. Sementara, kata lawu berarti tertinggi dan unggul.
Makna kedua kata tersebut sama-sama mengandung makna kekaguman; sehingga meskipun namanya diubah, tetapi tidak menggeser makna yang terkandung di dalamnya.
Halaman
Editor | : |
---|