KARANGANYAR, HARIANKOTA.COM – Di pagi yang dingin, kabut menyelimuti jalanan Tawangmangu, Karanganyar.
Nenek Sinem, 84 tahun, melangkah perlahan menuju Masjid At Taqwa untuk menunaikan salat subuh.
Langkahnya terhenti oleh sebuah mobil yang melaju kencang, menabraknya tanpa ampun, dan melarikan diri meninggalkan luka mendalam.
Nenek Sinem, seorang wanita tangguh yang hidup sebatang kara, harus meregang nyawa setelah berjuang di ruang ICU RS PKU Karanganyar.
Kecelakaan tragis ini terekam CCTV, namun pelaku masih bebas berkeliaran, meninggalkan keluarga dan warga Tawangmangu dalam kesedihan dan tanda tanya.
Sutrisno, perwakilan keluarga, menceritakan bahwa Nenek Sinem adalah sosok yang mandiri, meski hidup dalam keterbatasan.
Setiap pagi, ia selalu berjalan kaki ke masjid untuk salat subuh.
“Kami tidak menuntut banyak, hanya keadilan. Kami ingin pelaku bertanggung jawab, meminta maaf, dan berziarah ke makam Mbah Sinem,” ujarnya dengan suara bergetar.
Kisah Nenek Sinem bukan hanya tentang kecelakaan lalu lintas, tetapi juga tentang potret kehidupan seorang lansia yang berjuang di tengah kesepian dan keterbatasan.
Dia adalah simbol dari ribuan lansia lainnya yang hidup dalam kondisi serupa, membutuhkan perhatian dan perlindungan.
Kasatlantas Polres Karanganyar, AKP Agista Ryan M., menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan penyelidikan intensif.
“Kami sedang menganalisis rekaman CCTV dan mengumpulkan bukti-bukti lain untuk mengidentifikasi pelaku,” katanya.
Di tengah upaya pencarian keadilan, warga Tawangmangu berduka dan mengenang Nenek Sinem sebagai sosok yang ramah dan taat beribadah.
Mereka berharap pelaku segera ditemukan dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
Kisah Nenek Sinem adalah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya empati, kepedulian, dan penegakan hukum. Semoga keadilan segera terwujud dan arwah Nenek Sinem mendapatkan ketenangan.***
| Editor | : | Alifian |
|---|
