Sejak Kerajaan Mataram Islam, Solo Jadi Urat Nadi Perdagangan Nusantara

17 Maret 2023, 21:00 WIB

Foto : pegi-pegi

SOLO, HARIANKOTA.COMSolo memiliki sejarah panjang terkait kejayaan kerajaan-kerajaan besar, terutama Mataram. Solo yang kala itu memiliki banyak jalur sungai-sungai besar, mempunyai jalur transportasi air yang sangat vital bagi kapal-kapal besar pengangkut berbagai komoditas penting.

  1. Perdagangan Batik

Salah satu perdagangan yang menonjol adalah industri batik yang sudah berumur lebih dari 5 abad (500 tahun). Tak hanya batik, namun bahan-bahan penunjang kain seperti kapas, benang dan kain tenun juga sudah menjadi bagian dari perekonomian Solo masa lalu.

Sementara komoditas lain seperti garam, kopi dan rempah-rempah, juga menjadi komoditas perdagangan penting yang dibawa dari berbagai wilayah kerajaan di Nusantara ke Solo melalui jalur transportasi sungai.

Dilansir dari laman Pemkot Solo, industri batik pernah mengalami zaman keemasan di wilayah Laweyan. Laweyan berasal dari kata Lawe yang memiliki arti bahan baku kain tenun. Di Laweyan inilah yang menjadi cikal bakal industri batik moderen saat ini di Solo.

Sejak era Kerajaan Pajang (Kartasura) dan pindah ke Solo, industri batik di Kampung Laweyan tak bisa lepas dari peran Kyai Ageng Henis. Kyai Ageng Henis menurunkan cucu bernama Danang Sutowijoyo (Panembahan Senopati), raja pertama Dinasti Mataram Islam. Industri batik tulis menjadi motor ekonomi dan perdagangan yang sangat berkembang pesat kala itu.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta, gencar menggairahkan industri batik di Kampung Laweyan. Melalui konsep paket-paket wisata sejarah, turis dan wisatawan diajak untuk mengenal batik dan berbelanja batik produksi warga Laweyan.

Selain batik, kala itu kawasan Solo juga sangat ramai dengan perdagangan rempah-rempah, mengingat jalur Bengawan Solo merupakan akses yang paling diminati sebagai lalu lintas perdagangan antar kerajaan.

  1. Perdagangan Garam

Banyak kapal-kapal mengangkut komoditas garam yang berasal dari Gresik, Jawa Timur, yang dibawa ke Mataram. Sungai menjadi lintasan yang menjadi andalan kapal-kapal dagang tersebut, yaitu melalui jalur Sungai Brantas (Jawa Timur) yang berlanjut ke Bengawan Solo. Tidak hanya garam, namun juga dibawa dari Gresik berupa keramik, ikan laut dan kain.

  1. Perdagangan Kopi

Solo juga dikenal hingga Jawa Timur dan Batavia sebagai sentra penghasil kopi di Jawa Tengah. Di tahun 1800-an, kopi dari Solo bisa terdistribusi dengan baik melalui jalur sungai ke berbagai daerah.

Bersamaan dengan kopi, Solo juga penghasil beras dan minyak kelapa. Kedua komoditas ini sering dikirim ke berbagai daerah di luar Solo.

  1. Perdagangan Kulit Hewan

Kulit kerbau dan sapi juga menjadi salah satu komoditas yang banyak dikirim ke berbagai daerah melalui jalur transportasi sungai.

Hingga kini, Solo sebagai salah satu urat nadi perdagangan di Indonesia juga masih sangat terasa. Pasar Klewer, misalnya, sebagai sentra penjualan batik dan kain serta tumbuhnya industri batik dengan brand-brand besar, masih bertahan dan terus tumbuh di Solo. ‘Trah’ perdagangan memang sudah menjadi bagian turun temurun Solo yaitu mulai Kerajaan Mataram hingga saat ini.

Follow Berita Hariankota di Google News

Berita Terkait