Pasca Sekipan, Perhutani Surakarta Proaktif Mitigasi Risiko Pohon Tumbang di Kawasan Wisata Tawangmangu

Antisipasi Risiko Pohon Tumbang di Tawangmangu, Perhutani Surakarta Intensifkan Langkah Pencegahan Pasca Tragedi Sekipan Karanganyar

11 April 2025, 21:50 WIB

KARANGANYAR, HARIANKOTA.COM – Respons cepat terhadap potensi bahaya pohon tumbang, terutama setelah insiden memilukan yang terjadi di kawasan wisata Sekipan, Tawangmangu, Karanganyar, Perum Perhutani Unit Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Surakarta mengambil tindakan pencegahan yang lebih terstruktur.

Kepala Administrasi KPH Surakarta, Ronny Merdyanto, menyampaikan bahwa tahap awal dari upaya mitigasi ini adalah pendataan secara seksama sejumlah pohon yang berpotensi menimbulkan ancaman.

Menurutnya, kegiatan inventarisasi ini akan melibatkan berbagai pihak terkait.

“Kami berupaya keras meningkatkan langkah-langkah pencegahan. Belajar dari kejadian sebelumnya yang tidak didahului hujan atau angin kencang, saat ini kami fokus pada identifikasi pohon-pohon yang dianggap riskan. Pohon-pohon yang teridentifikasi berbahaya akan kami tindak lanjuti dengan proses penebangan,” jelasnya kepada wartawan pada Jumat, 11 April 2025.

Ronny juga menyoroti bahwa karena lokasi penebangan berada di kawasan hutan lindung, terdapat aturan khusus yang harus dipatuhi.

“Pohon yang ditebang di area hutan lindung tidak diperbolehkan untuk dikeluarkan dari kawasan tersebut, apalagi diperjualbelikan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Ronny mengungkapkan bahwa tindakan mitigasi telah dilaksanakan di dua destinasi wisata utama, yaitu kawasan Bukit Mongkrang dan Lawu Park.

Dalam implementasinya, pihaknya bekerja sama dengan berbagai elemen seperti Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkompimca), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta organisasi non-pemerintah (Ornop) sebelum melakukan pemangkasan pohon yang berpotensi tumbang di area wisata.

“Di sana, kami bersama-sama menandatangani berita acara sebagai bentuk pengesahan tindakan yang akan kami lakukan. Setelah itu, pohon yang rawan tumbang kami tebang dan kami tata di lokasi yang lebih aman sehingga tidak lagi menimbulkan risiko. Proses ini memerlukan koordinasi dan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri karena adanya regulasi yang mengikat,” paparnya.

Di sisi lain, Ronny menjelaskan bahwa hasil analisis internal Perhutani menunjukkan bahwa peristiwa tumbangnya pohon di Sekipan merupakan kejadian yang sulit diprediksi.

Hal ini disebabkan karena bagian bawah pohon masih berdiri tegak setinggi sekitar 8 hingga 10 meter, sementara patahan terjadi pada bagian tengah ke atas.

“Kejadian tersebut memang di luar dugaan. Pohon patah di bagian tengah, sementara bagian bawahnya masih berdiri kokoh. Secara visual, pohon tersebut tampak normal karena tidak terlihat miring, sehingga sulit untuk diantisipasi,” katanya.

Editor:Alifian

Berita Lainnya

Berita Terkini