Hariankota.com – Kota Solo memiliki beberapa pasar legendaris yang menjadi destinasi wisata terkenal. Selain usianya yang sudah terbilang puluhan tahun, pasar-pasar tersebut juga memiliki keunikan tersendiri yang tidak akan bisa ditemui di pasar lain.
Pemerintah Kota Surakarta telah merevitalisasi pasar-pasar unik tersebut sehingga nyaman untuk dikunjungi warga Solo maupun wisatawan. Penasaran pasar apa saja yang termasuk legendaris tersebut? Simak ulasannya berikut ya!
Pasar Gede
Pasar ini sebenarnya masuk kategori pasar tradisional yang menjual berbagai bahan makanan, termasuk buah-buahan, daging, serta aneka ragam kue tradisional. Menjadi melegenda karena nilai sejarah dan arsitekturnya yang unik. Dibangun pada masa kolonial, 1927-1930, Pasar Gede dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Thomas Karsten. Selain menjadi pasar tertua, pasar ini juga menjadi salah satu ikon Kota Solo.
Terdiri dari 2 lantai, pasar ini hadir dengan dagangan yang lengkap. Di lantai 1 terdiri dari buah, jamu, sayuran, dan berbagai macam kebutuhan rumah tangga lainnya. Sedangkan di lantai 2 dijadikan sebagai tempat menjajakan daging dan di sebelah barat kini banyak menjajakan jajanan kekinian mulai dari yang tradisional, western, hingga makanan khas Tionghoa.
Bangunan Pasar Gede juga dirancang secara canggih, yang berbeda dengan bangunan pasar pada umumnya. Hal ini ditunjukkan dengan separuh dinding di lantai dua dirancang secara terbuka dan hanya diberi anyaman kawat sebagai pagar.
Hal ini dimaksudkan agar terdapat ventilasi udara yang sekaligus berfungsi sebagai pendingin ruangan agar tetap adem meski cuaca sedang terik-teriknya, serta sebagai penyaring bebauan yang tak sedap seperti bau amis pada daging.
Tak hanya itu saja, pasar legendaris ini juga ternyata sudah ramah difabel karena dari sisi ergonomis, para pelanggan dapat dengan mudah membuat jalur khusus bagi pengguna kursi roda.
Pasar Klewer
Meski bangunan asli telah terbakar dan berganti bangunan baru Pasar Klewer cukup legendaris dan ikonik di Kota Solo. Bagi siapa pun yang berkunjung ke kota ini, kerap memasukkan Klewer dalam wishlist untuk dikunjungi. Pasar ini pertama kali berdiri pada 1942.
Pembangunan terus lakukan sebagai upaya revitalisasi pasar. Pada tanggal 9 Juni 1970 dibangun pasar bertingkat permanen untuk menampung para pedagang, yang kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Berlokasi tepat di sebelah Alun-alun Utara Keraton Kasunanan. Belum lama berselang pasar dengan dua lantai tersebut kembali dibuka setelah menjalani perombakan dan revitalisasi, pada Juli 2020. Kini suasana di luar dan di dalam pasar cukup nyaman untuk berjualan dan sekaligus ramah untuk wisatawan.
Keberadaan Pasar Klewer tidak bisa dipisahkan dari Solo sebagai Kota Batik. Pasar ini memang menjadi pusat penjualan Batik. Ada ratusan kios batik di dalamnya. Di sana bisa ditemukan beragam produk batik dengan harga yang paling murah hingga premium, dijual eceran hingga grosir.
Bagi yang berencana menjahitkan kain batiknya pun tersedia banyak penjahitnya. Di pasar ini dan kios-kios sekitarnya juga banyak toko penjual peralatan dan perlengkapan produksi batik.
Pasar Cenderamata
Masih di kawasan sekitar Alun-alun Utara, juga berdiri Pasar Keris. Lokasinya hanya sekitar beberapa ratus meter dari Pasar Klewer, persis di sebelah Timur Alun-alun. Sesuai namanya, di pasar ini berkumpul banyak penjual keris dalam berbagai corak. Sebagai salah satu kota pusat budaya Jawa, serta keberadaan dua keraton, Solo menjadi salah satu tujuan para pecinta keris dan benda-benda pusaka lainnya.
Terdapat belasan kios penjual keris dan cenderamata. Mereka juga menjual barang pusaka, cendera mata, gamelan Jawa, hingga perlengkapan busana tradisional Jawa seperti Blangkon. Tidak heran, di waktu normal, pasar ini juga kerap dikunjungi para wisatawan mancanegara yang mencari barang-barang antik khas Jawa.
Pasar Barang Antik Triwindu
Kota Solo juga memiliki pasar yang sangat terkenal di kalangan pecinta atau kolektor barang antik. Pasar yang berada di Jalan Diponegoro, Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, berdiri pada tahun 1939 oleh KGPAA Mangkunegara VII sebagai peringatan 24 tahun (tiga windu) masa pemerintahannya. Di sana, banyak sekali ragam barang antik yang akan memanjakan mata setiap pengunjung.
Di Triwindu, barang antik yang disediakan mulai dari keris kuno, patung, hingga lampu antik dan alat musik klasik. Bahkan di pasar legendaris yang satu ini, pengunjung bisa menemukan fosil purba Sangiran.
Di lantai atas, pengunjung bisa menemukan banyak jenis barang-barang kuno yang dulu ada di keseharian masyarakat Indonesia, seperti misalnya ornamen hiasan dinding, barang pecah belah, radio klasik, hingga mesin jahit lama dan onderdil motor yang telah langka.
Yang menarik dari pasar ini yaitu di saat sistem pembayaran sudah memasuki era cashless, di sini sistem barter masih bisa dipakai untuk bertransaksi. Hanya perlu bernegosiasi hingga menemui kesepakatan kedua belah pihak maka sistem barter pun dapat dilakukan. Tentunya, barter dilakukan dengan barang yang juga antik.
Editor | : |
---|