foto/pemkot Solo
SOLO, HARIANKOTA.COM – Ada satu wilayah di kota Solo yang dinamakan Jalan Supit Urang. Jalan tersebut Jalan yang mirip lorong karena diapit tembok-tembok besar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Jalan ini juga merupakan pintu masuk utama menuju Kori Kamandungan.
Ruas jalan tersebut dinamakan Supit Urang karena memang memiliki makna tersendiri. Dalam bahasa Jawa, Supit berarti jepit atau penjepit. Sementara Urang adalah udang.
Sebelum masuk ke ruas jalan tersebut, akan disambut dengan gerbang yang di atasnya terdapat plengkung wesi. Pada gerbang tersebut tertulis Kori Patjikerran dan deretan aksara Jawa berada di atasnya. Kalau berjalan sampai ujung terakhir ruas Supit Urang, di sisi barat akan bertemu lagi Kori Patjikerran yang tak jauh dari Pasar Klewer.
Mengapa ruas jalan tersebut dibentuk seperti Penjepit Udang, karena hal ini tak lepas dari strategi perang pada zaman dulu.
Dimana saat musuh akan masuk dalam keraton, mereka akan terjebak di areal Supit Urang yang sempit dan tembok.
Dengan begitu musuh akan dengan mudah diserbu dan melemah, karena terjebak dalam lorong yang sempit dan tak ada jalan keluar. Sementara pasukan keraton yang sudah mengepung dari dua arah, lebih mudah mematahkan serangan musuh.
Musuh yang terjepit, hanya bisa masuk ke dalam keraton dengan menaiki tembok. Dengan menaiki tembok hal itu sangat menyulitkan musuh untuk masuk. Bila sudah masuk ke dalam areal keraton, pasukan keraton juga sudah bersiap, sehingga tidak mungkin musuh bakal selamat lagi. Maka musuh menjadi santapan empuk para prajurit keraton.
Sebenarnya istilah strategi Supit Urang juga pernah dikenal sebagai salah satu taktik perang yang pernah dijalankan oleh Sudirman yang saat itu masih berpagkat Kolonel.
Ketika berperang melawan sekutu di Ambarawa pada Desember 1945. Hampir sama dengan strategi yang dilakukan oleh prajurit Keraton Surakarta Hadiningrat, strategi Supit Urang di Ambarawa memancing pasukan sekutu untuk berkumpul di tengah medan perang.
Namun pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang pada waktu itu dipimpin oleh Kolonel Sudirman mengepung dari dua arah dan berlapis. Pasukan sekutu menjadi terkepung dan terjepit dengan strategi perang pasukan Sudirman yang cepat dan serentak. Melalui taktik Supit Urang ini, akhirnya pasukan Sudirman berhasil melumpuhkan musuh dan sekutu mengakui kekalahan pada peristiwa perang di Ambarawa.
Kawasan Supit Urang ini kalau diperhatikan memang sangat unik. Di Solo, hampir tidak ditemukan ruas jalan seperti Supit Urang. Bila dirunut mulai dari arah timur, kemudian menyusuri sepanjang ruas jalan Supit Urang di sisi barat, maka bentuknya seperti setengah lingkaran atau mirip huruf ‘U’.
Sumber : Pemkotsolo.go.id
Editor | : |
---|