Lokasi Ini Dulunya Stasiun Pemberangkatan Kereta Trem Kuda di Masa Kolonial Belanda

4 Juni 2023, 05:17 WIB

Foto : Ist

SOLO, HARIANKOTA.COM – Stasiun Solo Kota (STA) merupakan stasiun kereta api di Solo. Karena letaknya di kawasan Sangkrah, stasiun ini juga disebut sebagai Stasiun Sangkrah.

Stasiun ini dibangun pada tahun 1922 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij. Stasiun ini terletak di wilayah kekuasaan Kasunanan Surakarta

Dilansir dari laman Pemkot Solo, kehadiran beberapa stasiun tua di Kota Solo menandakan, bahwa Solo pada zaman dulu menjadi kota yang cukup sibuk dengan aktivitas perekonomian.

Itulah salah satu alasan, mengapa pemerintah kolonial Belanda ingin membangun jalur kereta api. Selain karena alasan memajukan perekonomian, juga untuk mempermudah pergerakan tentara Belanda, baik untuk mengawal hasil perdagangan maupun untuk mendukung strategi perang

Dengan banyak dibangunya jalur kertea api, terutama di Jawa Tengah, hasil-hasil perkebunan seperti teh, kopi dan tebu lebih mudah diangkut. Maka jalur kereta api, Semarang-Ambarawa-Surakarta menjadi jalur yang cukup penting bagi Belanda. Jalur kereta api bisa dimanfaatkan untuk mengangkut berbagai hasil bumi hingga masuk ke pedalaman dan perkebunan yang dikelola Belanda.

Bangunan dengan arsitektur khas klasik ini memiliki teras masuk dengan gerbang tembok yang sangat tebal. Stasiun ini memang jalur yang cukup sepi, karena hanya melayani railbus Batara Kresna relasi Purwosari-Wonogiri PP.

Sebenarnya, pada awal dibangunnya Stasiun Solo Kota, tidak hanya membuka relasi Solo-Wonogiri, namun Pemerintah Hindia Belanda juga membuka jalur Solo-Boyolali. Semua kereta yang menuju ke Wonogiri dan Boyolali, baik angkutan penumpang maupun barang, diberangkatkan dari Stasiun Solo Kota di Sangkrah.

Sebelum dikelola perusahaan NISM dengan kereta uapnya, dahulu ada sebuah perusahaan Solosche Tramweg Maatschappij (STM) yang sudah memanfaatkan jalur kereta di Stasiun Solo Kota sebagai jalur untuk trem kuda.

Trem (Tram) kuda adalah sarana transportasi yang dulu pernah populer di Solo era Hindia Belanda. Bentuknya seperti gerbong kereta, namun ditarik oleh kuda dan dikendalikan seorang kusir. Seiring perkembangan zaman, Belanda menggantikannya dengan kereta uap.

Bila berkunjung ke tempat tersebut, memang tidak begitu terlihat ramai penumpang. Namun bila berkunjung untuk bersantai di sore hari, bagian peronnya memiliki spot yang sangat bagus untuk mengambil gambar atau video yang bisa diunggah di sosial media kalian. View-nya bila sore hari sangat keren dengan suasana stasiun kuno dan lampu-lampu yang menambah kesan eksotis.

Apalagi bila stasiun ini sedang melayani rute kereta api uap wisata Jaladara, merupakan kereta wisata yang ikonik dan menjadi daya tarik wisata di Kota Solo.

Follow Berita Hariankota di Google News

Berita Terkait