HARIANKOTA. COM – Lagu Tanah Airku salah satu lagi sakral yang dinyanyikan para pungga Timnas dan para Suporter usai laga menarik perhatian dunia internasional.
Lagu karya Saridjah Niung atau dikenal juga dengan sebutan Ibu Sud ini lirik sangat sederhana, mudah dihapal. Tapi siapa sangka, lagu Tanah Airku ini memiliki makna yang mendalam.
Apa makna yang terkandung di dalamnya? Dan Bagaimana pula asal muasal terciptanya lagu ini penjelasan berikut ini lengkap dengan profil penciptanya!
Lagu Tanah Airku memiliki makna tentang nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air. Liriknya menunjukan rasa kecintaan terhadap kampung halaman.
Karena rasa cinta begitu dalam terhadap kampung halaman, di manapun orang Indonesia berkelana, ia akan tetap mencintai kampung halamannya, Indonesia.
Ini terlihat dari bait terakhir lagu Tanah Airku. Rasa bangga kepada Indonesia di mana pun orang Indonesia berada, seperti magnet yang menariknya untuk pulang ke Indonesia.
Lagu ini pernah dipopulerkan kembali oleh Rita Effendy dan grup band Kotak. Jika anda tertarik untuk menyanyikan lagu yang lembut namun patriotik ini, simak lirik lagu tanah airku berikut ini.
Tanah Airku, tidak kulupakan,
Kan terkenang, selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh,
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai
Engkau, kuhargai
Walaupun banyak negeri kujalani,
Yang mahsyur permai dikata orang,
Tetapi kampung dan rumahku,
Di sanalah ku merasa senang
Tanahku tak kulupakan,
Engkau kubanggakan.
Makna Lagu Tanah Airku
Lewat lagu ini, Ibu Sud ingin menekankan pentingnya mencintai dan menjaga tanah air, sekaligus mengingatkan masyarakat akan keindahan serta kekayaan budaya Indonesia.
Lagu ini mengajak setiap pendengar untuk merasakan kedekatan emosional dengan Indonesia, tidak peduli di mana mereka berada.
Melalui lirik yang indah, “Tanah Airku” menjadi simbol persatuan dan cinta Tanah Air yang abadi, menjadikannya lagu yang relevan di berbagai generasi. Lagu Tanah Airku juga memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia, khususnya penggemar sepak bola.
Profil Ibu Sud
Seperti dikutip dari Wikipedia, Saridjah Niung atau lebih dikenal dengan nama Ibu Soed (26 Maret 1908 – 26 Mei 1993) adalah seorang pemusik, guru musik, pencipta lagu anak-anak, penyiar radio, dramawan, dan seniman batik Indonesia. Lagu-lagu yang diciptakan Ibu Sud sangat terkenal di kalangan pendidikan Taman Kanak-Kanak Indonesia.
Kemahiran Saridjah di bidang musik, terutama bermain biola, sebagian besar dipelajari dari ayah angkatnya, Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer, seorang pensiunan Wakil Ketua Hoogerechtshof (Kejaksaan Tinggi) di Jakarta pada masa itu, yang selanjutnya menetap di Sukabumi dan mengangkatnya sebagai anak. J.F. Kramer adalah seorang indo-Belanda beribukan keturunan Jawa ningrat. Latar belakang inilah yang membuat Saridjah dididik untuk menjadi patriotis dan mencintai bangsanya.
Saridjah lahir sebagai putri bungsu dari dua belas orang bersaudara. Ayah kandung Saridjah adalah Mohamad Niung, seorang pelaut asal Bugis yang menetap lama di Sukabumi kemudian menjadi pengawal J.F. Kramer.
Selepas mempelajari seni suara, seni musik, dan belajar menggesek biola hingga mahir dari ayah angkatnya, Saridjah melanjutkan sekolahnya di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung untuk memperdalam ilmunya di bidang seni suara dan musik.
Setelah tamat, ia kemudian mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Dari sinilah titik tolak dasar Saridjah untuk mulai mengarang lagu.
Pada tahun 1927, ia menjadi Istri Raden Mas Bintang Soedibjo, dan ia pun kemudian dikenal dengan panggilan Ibu Soed, singkatan dari Soedibjo.
Ibu Soed, ketika menciptakan lagu Nenek Moyangku seorang pelaut, terinspirasi dari ayah kandungnya yang berasal dari perantau pelaut dari Bugis.**
Editor | : |
---|