Hariankota.com – Perjuangan Pangeran Sambernyawa tidak terlepas dari kepandaian dan kesaktian yang dimilikinya. Sebagai salah satu keturunan bangsawan dari Kraton Kartosura, sejak usia belia sudah digembleng dengan beragam ilmu kanuragan.
Pangeran Sambernyawa memiliki ketajaman batin yang sangat tinggi. Sering tirakat dan juga lelaku untuk mendapatkan ilmu kesaktian. Kesaktiannya banyak ditakuti oleh musuh-musuhnya.
Konon Sambernyawa yang memiliki kesaktian supranatural tinggi memiliki ilmu aji sirep dan panglimunan atau ilmu menghilang. Kemudian ada juga
Aji Jayakawijayan milik Sambernyawa tentu saja, bukan ajian sembarangan
Bahkan pasukan khusus Pangeran Sambernyawa juga di gembleng di Sapto Tirto Pableman yang merupakan kawah Candradimukanya para prajurit Samber Nyawa.
Selain itu ada juga tempat lokasi pertapaan ketika Pangeran Sambernyawa ketika menerima wangsit yang untuk mengobarkan semangat bertempur melawan Belanda berupa sendang (sumber air) yang sampai kini dikunjungi banyak orang dari berbagai daerah, terutama setiap malam Selasa dan Jumat.
Ada juga monumen batu gilang di Nglaroh yang diyakini sebagai lokasi kali pertama Pangeran Sambernyawamengatur siasat perang gerilya yang populer disebut Perang Sambernyawan.
Dalam memerintah Pangeran Sambernyawa Pangeran Samber Nyawa ialah yang disebut Tridharma waktu berjuang melawan VOC atau Belanda. Dengan ajarannya kepada pengikutnya dalam membela negara semuanya harus seluruh bangsa hendaknya rumangsa melu handarbeni (merasa memiliki), wajib melu hangrungkebi (merasa ikut membela) dan mulat sarira hangrasa wani atau mawas diri.
Stretegi perang gerilya di dapatnya saat menyantap bubur bekatul panas yang dihidangkan warga di perkampungan kecil di daerah Rembang dimana Pangeran Sambernyawa singgah untuk istirahat bersama pasukannya. Dimana saat itu pasukan kompeni menyebar dan mengepung setiap sudut kampung.
Ketika akan menyantap jenang katul yang masih sangat panas, sang pemilik rumah menyarankan agar jangan memakan langsung dari tengah. Namun diawali dari pinggir memutar baru pas di tengah akan dingin.
Pangeran Sambernyawa merenung mendengar ucapan sang pemilik rumah. Tak lama kemudian Pangeran Sambernyawa keluar dan menyerang pasukan kompeni dari arah pinggir hingga akhirnya menewaskan pemimpin pasukan kompeni yang sebelumnya sudah mengepungnya.
Bahkan sampai saat ‘surut’pun (meninggal) konon makam Sambernyawa tetaplah memiliki aura yang tidak bisa diterima dengan panalaran namun hanya bisa di rasa melalui mata batin. Makam Sambernyawa yang berada di Astana Mangadeg dan merupakan makam keturunan Kerajaan Mangkunegaran.
Editor | : |
---|