Selebihnya, hari-harinya dihabiskan di tengah sunyi dan ekstremnya kondisi pegunungan, menyambut setiap pendaki dengan senyum tulus dan sapaan hangat.
Kepergian Mbok Yem meninggalkan duka mendalam bagi banyak pihak, terutama para pendaki dan relawan yang sering berinteraksi dengannya.
Rifan Feir Nandhi, seorang relawan SAR Karanganyar Emergency, mengungkapkan, “Beliau adalah sosok ibu bagi kami semua. Lebih dari sekadar penjual makanan, Mbok Yem mengajarkan arti ketulusan dan semangat pantang menyerah, ” ujar Rifan.
Menurut Rifan, Mbok Yem tak jarang memberikan dukungan moril bagi tim SAR maupun para pendaki yang kelelahan.
Warungnya bukan hanya tempat mengisi perut, tetapi juga ruang berbagi cerita, tawa, dan mempererat tali persaudaraan di tengah keagungan alam Lawu.
Kenangan Abadi di “Restoran Tertinggi di Jawa”
Warung Mbok Yem, yang sering disebut sebagai “resto tertinggi di Jawa,” bukan hanya menyajikan hidangan sederhana, tetapi juga menciptakan kenangan tak terlupakan bagi setiap pendaki yang singgah. Mbok Yem menjadi saksi bisu perjalanan ribuan kaki yang menjejakkan diri di Gunung Lawu.
Kini, sosok “penjaga” Gunung Lawu telah tiada. Namun, warisan kebaikan, ketulusan, dan kehangatan Mbok Yem akan terus hidup dalam setiap hembusan angin di puncak dan kabut yang menyelimuti lereng gunung.
Kisahnya akan abadi dalam memori para pendaki yang pernah merasakan sentuhan kasihnya di ketinggian.***
Halaman
Editor | : | Alifian |
---|