Lebih jauh, energi PWI yang terkuras untuk mengatasi konflik internal juga berdampak pada minimnya advokasi terhadap kasus-kasus kekerasan terhadap jurnalis dan melemahnya posisi organisasi dalam proses penyusunan regulasi terkait pers di tingkat negara.
Akibatnya, berbagai isu penting yang seharusnya menjadi perhatian utama PWI menjadi terabaikan.
Empat Langkah Strategis Joglosemar untuk Merajut Kembali Persatuan PWI
Menyikapi situasi genting ini, para tokoh pers dari kawasan Joglosemar menawarkan empat usulan konstruktif sebagai jalan keluar dari kemelut PWI:
* Rekonsiliasi Inklusif: Mengajak seluruh elemen PWI, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengesampingkan ego sektoral dan bersatu padu demi masa depan organisasi.
* Solusi Alternatif di Luar Kongres: Mendorong pendekatan musyawarah mufakat dan semangat kekeluargaan sebagai cara penyelesaian masalah, tanpa terpaku hanya pada opsi Kongres Dipercepat.
* Dukungan terhadap Inisiatif Pemerintah: Mendesak agar usulan Kongres Dipercepat yang sebelumnya digagas oleh Kementerian Kominfo dapat segera direalisasikan sebagai langkah konkret menuju pemulihan.
* Surakarta sebagai Simbol Pemersatu: Menawarkan Kota Surakarta, yang memiliki nilai historis sebagai tempat kelahiran PWI, menjadi lokasi netral untuk penyelenggaraan rekonsiliasi nasional.
Dengan harapan yang membara untuk melihat PWI kembali solid dan berwibawa, para aktivis pers Joglosemar menyerukan persatuan dan kerja sama dari seluruh anggota PWI.
Mereka percaya bahwa dengan semangat kebersamaan dan kecintaan yang mendalam terhadap organisasi, PWI dapat kembali fokus pada peran vitalnya dalam menjaga marwah pers Indonesia dan mengawal kepentingan publik.***
| Editor | : | Alifian |
|---|
