KARANGANYAR, HARIANKOTA. COM – Hasil panen masa tanam padi pertama atau MT1 adalah momen yang ditunggu-tunggu para petani di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Sistem tanam padi-padi-palawija atau MT1, MT2, dan MT3 di Karanganyar berdampak pada hasil panen melimpah dan harga gabah yang melambung.
Dalam setahun, lahan sawah diberi jeda satu musim untuk tidak ditanam padi, sehingga kualitas panen padi MT1 tak pernah gagal dan menjadi penentu untuk menyambung roda ekonomi dan persiapan tanam mendatang.
Untuk itu tidak heran, apabila para petani kecil mengalokasikan seluruh harta benda mereka untuk bisa bertanam pada MT1, baik dengan cara menjual barang berharga atau dengan hutang ke bank.
Kepala Desa (Kades) Jati, Haryanta mengatakan petani hanya mampu menghasilkan panen 60 persen saja. Serangan hama wereng, sundep hingga tikus menjadi penyebab hasil panen padi di MT I itu tak maksimal.
“Tanaman padi di serang hama dari saat mulai tanam sampai mau mendekati panen. Sehingga hasil panen sekarang tidak maksimal,” kata dia, Kamis (25/4/2024).
Harga gabah saat ini berada di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). Sebelumnya, harga gabah ditingkat petani mencapai harga Rp800.000 untuk satu kuintal. Saat ini hanya Rp600.000 per satu kuintal.
Selain harga jual gabah anjlok, hasil panen para petani tahun ini juga tak maksimal. Hasil panen merosot juga karena adanya hama tikus, wereng, sundep.
“Selain harga gabah turun, hasil panen juga tidak maksimal karena terkena hama, pupuk sulit, subsidi pupuk yang dibatasi,” jelas Haryanta.
Haryanta yang juga memiliki lahan persawahan sebut masa tanam ini ongkos yang dikeluarkannya cukup tinggi.
Sebab selain harus mengeluarkan dana untuk bibit dan juga pupuk, petani juga mengeluarkan dana ekstra untuk memberantas serangan hama wereng dan sundep.
“Kita masih gunakan pemyemprotan dengan alat manual untuk pemberantasan hama. Dan kita bayar untuk tenaganya,” lanjutnya.
Dirinya sangat berharap, Pemerintah Kabupaten Karanganyar bisa menyediakan alat modern untuk menyemprot hama dengan menggunakan drone. Hal itu sudah dilaksanakan oleh petani di wilayah lain, seperti Sukoharjo dan Sragen.
“Kalo pakai alat itu (drone) biaya bisa ditekan banyak, dan waktunya juga cepat. Alat itu juga bisa digunakan untuk pemupukan. Waktunya efisien, cepat dan murah,” imbuhnya.
Dia berharap Pemkab Karanganyar peduli dengan persoalan petani tersebut. Minimal petani diberi bantuan alat drone sama seperti wilayah lain.
Tak hanya persoalan serangan hama, dia mengatakan petani juga masih sulit untuk memperoleh keuntungan saat panen raya musim tanam I. Hasil panen yang diperoleh hanya untuk biaya operasional. ***
Editor | : |
---|