Hariankota.com – Batik merupakan salah satu budaya khas Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia pada tahun 2009. Khususnya di Kota Solo, terdapat perkampungan batik yang bisa disinggahi dan dijadikan obyek wisata.
Diantaranya Kampung Batik Laweyan dan Kauman. Tak hanya batik tulis saja, namun juga terdapat batik cap dan printing. Pengunjung dapat berbelanja pakaian batik maupun melihat langsung proses pembuatannya di lokasi tersebut.
Selain digunakan sebagai sentra pembuatan batik, Kota Solo juga memiliki beberapa daerah yang digunakan untuk sentra kerajinan alat dan bahan pembuatan batik seperti dilansir dari laman resmi pemkot Solo, Senin (22/8/2022).
Seperti di Kampung Premulung, Sondakan, Laweyan yang merupakan kawasan kerajinan alat cap batik. Tetapi, kini jumlah perajin cap batik sudah berkurang dan hanya menyisakan beberapa saja. Kebanyakan dari mereka yang masih bertahan merupakan usaha turun temurun yang diwariskan dari garis keturunan mereka.
Membuat alat cap batik tak semudah yang dibayangkan. Diperlukan ketelitian agar dapat menghasilkan alat cap yang rapi dan detail yang indah. Mengingat tingkat kesulitan pada industri ini, maka diperlukan sumber daya manusia yang profesional dan memiliki ketelitian ekstra. Oleh karena itu, perajin tersebut berusia sekitar 40 hingga 60 tahun.
Untuk bahan baku yang digunakan adalah tembaga. Apabila harga tembaga naik, maka harga cap batik pun ikut naik. Namun, jika bahan baku tembaga benar-benar tidak ada, hal itu tidak menjadi masalah karena kerajinan ini bisa diakali dengan menggunakan pipa tembaga bekas yang masih layak dan dibentuk lempengan untuk desain corak batik. Sehingga lebih menghemat biaya produksi.
Dengan menggunakan alat cap batik, proses membatik akan lebih cepat dan menghasilkan pakaian batik yang lebih banyak dibandingkan dengan batik tulis. Oleh karenanya, keberadaan perajin ini harus tetap dilestarikan dan harus diturunkan ke generasi selanjutnya. Agar produksi alat cap batik tetap berjaya di tengah masyarakat.
Editor | : |
---|