Hariankota.com – Imbas kerusuhan yang berujung adanya korban jiwa ini diduga kuat karena suporter berdesakan dan berebutan saat mencari pintu keluar.
Mereka berupaya menyelamatkan diri usai petugas melontaran gas air mata untuk menghalau ribuan Aremania yang mulai merangsak masuk dan menyerang para pemain.
“Para penonton turun ke tengah lapangan, dan berusaha mencari para pemain untuk menanyakan kenapa sampai kalah, atau melampiaskan. Oleh karena itu pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan, dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan,” beber Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta saat berada di Mapolres Malang, pada Minggu dini hari (2/10/2022).
Nico tegaskan pertama pihaknya sudah berupaya melakukan himbauan dengan cara persuasif. Namun hal tersebut tidak berhasil. Bahkan massa makin memanas hingga menyerang dan merusak mobil kepolisian.
“Upaya pencegahan sampai dilakukan gas air mata, karena sudah merusak mobil (polisi) dan akhirnya gas air mata disemprotkan,” imbuhnya.
Panik adanya semprotan gas air mata mereka yang masih berada di tribun panik dan mencari pintu keluar. Saling berebutan menuju pintu 10 dan 12. Akibatnya terjadi penumpukan dan terjadi tragedi ratusan orang meninggal dunia dalam insiden tersebut.
Ditambahkan Kapolda 40.000 penonton yang hadir di stadion, tidak semuanya bertindak anarkis. Mereka tetap duduk diam di atas tribun.
“Hanya sebagian yaitu sekitar 3 ribuan yang masuk turun ke tengah lapangan. Sedangkan yang lainnya tetap mereka yang di atas,” imbuhnya.
“Akibatnya ada 127 orang tewas dan 180 orang yang tengah dirawat di sejumlah rumah sakit,” lanjutnya lagi.
Editor | : |
---|