Hariankota.com – Pameran replika hewan dan benda peninggalan purbakala di ajang Pameran Kampung Purba di De Tjolomadoe, Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Pameran yang diselenggarakan Kemendikbudristek bekerjasama dengan sejumlah Balai Pelestarian dan Museum Purbakala tersebut sebagai media edukasi memperkenalkan warisan prasejarah melalui benda-benda purbakala hingga jejak peradaban manusia di Indonesia.
Pameran “Kampung Purba,” ini menampilkan kekayaan sejarah manusia purba yang digelar di gedung kuno De Tjolomadoe Karanganyar mulai tanggal 12 -24 September 2022
Pameran ini melibatkan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba, Museum Geologi Bandung, Balai Pelestarian Cagar Budaya seluruh Indonesia, Museum Nasional, Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I Yogyakarta dan Balai Konservasi Borobudur.
Benda yang dipamerkan, diantaranya :
1. Mumi dari Polewali Mamasa (Polmas).
Mumi prasejarah yang umurnya sudah ribuan tahun dan dibawa langsung dari Mamasa Sulawesi. Ditemukan ketika terjadi banjir bandang di tahun 1995 agar awet di dalam kotaknya diberikan formaldehida, silica gel dan akar wangi untuk mencegah jamur dan bakteri.

2. Replika kuburan Megalithikum dari Raja Prailiu, Umbu Ndjaka.

Prailiu adalah nama sebuah kampung di Kambera, Kabupaten Waingapu Sumba Timur. Merupakan salah satu kampung adat yang memiliki pemakaman batu megalitik.
Raja Prailiu terakhir yang meninggal tahun 2008 kamu Umbu Ndjaka dimakamkan di Batu kubur megalitik yang sangat besar dan unik.
Di dalam peti mati selain jenasah juga dimasukkan hewan (korban) babi juga hewan lain dan 100 lembar kain tenun sumbangan warga. Kemudian peti batu ditutup dengan penutup seberat 40 ton.
Peti mati ditutup dengan penutup batu yang dihiasi simbol kebangsawanan seperti ornamen buaya,penyu, rusa, ayam bebek serta tugu batu berukir dengan patung manusia berkuda di masing-masing ujung atasnya.

3. Replika Gajah Blora
Gajah Blora adalah temuan yang spektakuler. Sekitar 85% fosil dari satu individu gajah ini secara
utuh ditemukan oleh tim ahli dari Museum Geologi yang dipimpin oleh lwan Kurniawan dengan
anggota Fachroel Aziz, Sidarto, Erick Setyabudi, dan Dadang.
Ditemukan dalam suatu survei di tepian Bengawan Solo purba, Dusun Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradernan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah pada 18 Maret 2009.
Ekskavasi dilakukan pada November 2009 oleh tim yang sama, bekerjasama dengan tim dari
Dinas Pariwisata Kabupaten Blora dan Wollongong University (Gert Van den Bergh dan Mike Morwood)
Proses ekskavasi, preparasi dan rekonstruksi kerangka gajah utuh membutuhkan waktu sekitar empat tahun.
Gajah yang berjenis kelamin jantan dan memiliki tinggi sekitar empat meter, panjangnya lima meter, dan berat 6-8 ton ini hidup sekitar 165.000 tahun yang lalu, dan pada umur 49 tahun.
Nama ilmiahnya adalah Elephos hysudrindicus, dan dianggap sebagai leluhur gajah Asia yang ada di Indonesia sekarang. Pembuatan replika tengkorak gajah ini hasil kerja sama Museum Geologi dengan ISA Art.
Editor | : |
---|